
Ada banyak anak-anak yang “gila” komik di dunia ini. Kesenangan anak terhadap komik melintas batas negara, ras, dan agama. Namun tak banyak anak yang kemudian berhasil mengembangkan kecintaan terhadap komik menjadi sebuah usaha yang menghasilkan kekayaan berlimpah ruah. Steve Geppi adalah salah satu—untuk saya bahkan satu-satunya, jutawan Amerika yang membangun kerajaan bisnis dalam bidang distribusi komik.
Steve bukanlah orang yang luar biasa. Ia bukan putra mahkota konglomerat, bukan anak jenius yang selalu lulus cu m laude, bukan ahli waris kerajaan, dan bukan pula anak senator ternama di negeri impian itu. Pekerjaan pertamanya adalah tukang sortir buku-buku komik di belakang sebuah toko minuman keras. Waktu itu usianya masih 9 tahun. Pada usia 10 Steve bekerja mengurusi pengembalian pajak bagi tetangganya. Ayahnya tak memiliki pekerjaan yang jelas. Dan pada usia 13 tahun ia drop out dari sekolah. Selama satu tahun ia bekerja sebagai pengawas anak-anak yang membolos sekolah.
Steve menikah pada usia belia, 19 tahun. Saat itu ia memerlukan pekerjaan tetap untuk memberi nafkah pada keluarganya. Ia mengikuti tes masuk sebagai mailman (tukang pos) dan mendapatkan bayaran kurang lebih Rp 6.000,00 per jam. Ia bekerja dari pukul 06:00 pagi hingga pukul 14:30 siang hari, mengantarkan surat-surat. Terkadang ia bekerja lembur menggantikan petugas yang absen. Dalam lima tahun gajinya naik lima kali lipat, menjadi sekitar Rp 18.000,00 per jam.
Tahun 1972, Steve mendapat ide bisnis secara tak sengaja. Waktu itu ia melihat seorang keponakannya sedang membaca komik Batman. Sudah lama ia tak menyentuh komik. Namun Georgie Kues, sang keponakan itu membangkitkan kembali kecintaannya pada komik. Ia menyadari bahwa pasti ada orang dewasa yang merasakan hal serupa bila melihat komik kesukaan mereka di waktu kecil.
Steve lalu membeli sekeranjang komik-komik bekas dari seorang wanita dalam perjalanannya mengantar surat-surat. Kemudian ia menghabiskan akhir pekannya untuk menyaksikan pameran komik, membeli dan menjualnya kembali kepada penggemar lainnya.
Tahun 1974, usianya sekitar 26 tahun, Steve memutuskan untuk berhenti sebagai tukang pos dan membuka toko komik. Rekan-rekannya menertawakan keinginan Steve dan mengatakan bahwa ia pasti kembali setelah dua bulan. Tapi mereka tidak pernah melihat Steve mengantar surat lagi sejak saat itu.
Toko pertama yang diberinya nama Geppi’s Comic World, digelar di basement sebuah toko reparasi televisi. Dan para pelanggannya kemudian menyarankan agar harga komik lama tidak dijual murah, sebab orang yang mencari komik tua tidak akan mempersoalkan masalah harga komik yang diinginkannya. Tak ada yang menyangka bahwa saran sederhana itu kelak akan membuat Steve menangguk keuntungan besar.
Steve kemudian mengadakan perjalanan panjang mengumpulkan komik bekas dan menyusunnya dalam berbagai kategori. Pada waktu ia menginvestasikan uang sekitar Rp 6.000.000,00 untuk mengumpulkan komik dan ditemani mobil van merk Ford ia melakukan perjalanan menelusuri jalan-jalan di Pensylvania.
Tanpa menyadari sepenuhnya apa yang dilakukannya waktu itu, Steve sebenarnya menjadi salah satu perintis bisnis komik eceran di Maryland. Industri komik masih terhitung baru waktu itu.
Tahun 1982, Steve telah memiliki 4 toko komik, termasuk toko komik di daerah turis, Harborplace, Baltimore. Tak lama setelah itu ia mendirikan jaringan distributor komik, Diamond Comic Distributors. Setiap tahun pertumbuhan Diamond sekitar 40 persen. Pada waktu yang hampir bersamaan, ia merekrut orang-orang profesional untuk mengontrol bisnisnya.
Dewasa ini Diamond memiliki 27 gudang di Amerika, Kanada dan Inggris, dan mempekerjakan 750-900 karyawan. Steve menggunakan kecanggihan teknologi informasi untuk memudahkan pelanggannya melakukan pemesanan ulang secara cepat dan memiliki jaringan distribusi seperti bisnis makanan eceran dengan segala mata rantai bisnisnya.
Di Amerika, Steve melalui Diamond menguasai 45 persen pangsa pasar dalam bisnis komik eceran. Tahun 1987 total penjualannya baru mencapai sekitar Rp 38 miliar, dan melonjak menjadi Rp 280 miliar pada tahun 1992. Tahun berikutnya total penjualan mencatat angka tak kurang dari Rp 450 miliar, dan tahun 1994 melewati angka Rp 500 miliar. (Semua angka dalam tulisan ini dihitung dengan asumsi kurs pada waktu itu, Rp 2.500,00 per dolar).
Steve Geppi adalah contoh bagaimana sebuah impian yang tak terlalu jelas pada awalnya, kemudian menjadi kenyataan. Ia menjadi miliarder tanpa modal besar dan tanpa pendidikan yang berarti. Menurut orang-orang dekatnya, kunci keberhasilan Mr. Geppi adalah visi bisnis yang luar biasa, keberanian mengambil risiko, dan keterampilan untuk menarik minat dan simpati setiap orang yang ditemuinya. Di samping itu bisa disimpulkan juga bahwa Mr. Geppi adalah seorang yang sangat memperhatikan masukan dari pelanggannya, rendah hati, mau belajar, dan tidak pernah merasa terlambat untuk mulai melakukan sesuatu.
Indonesia memiliki puluhan juta anak-anak. Sebuah pasar yang luar biasa potensial. Dan akan-anak itu akan lebih bahagia bila ada “Geppi-Geppi” Indonesia yang memastikan mereka selalu mendapatkan komik yang mereka inginkan. Belum termasuk para orangtua yang juga memiliki komik-komik favorit yang jika dimungkinkan ingin mereka koleksi untuk mengenang masa-masa bahagia waktu kecil. Apakah Anda berminat untuk melayani kebutuhan ini?
*) Andrias Harefa
Penulis 40 Buku Best-Seller. Pembicara dan Trainer Berpengalaman 22 Tahun