Monday, September 15, 2014

[bisnis] Steve Geppi, Sukses Bisnis Komik

Adakalanya gagasan dan saran yang sederhana bisa membuat Anda meraih sukses besar.

Ada banyak anak-anak yang “gila” komik di dunia ini. Kesenangan anak terhadap komik melintas batas negara, ras, dan agama. Namun tak banyak anak yang kemudian berhasil mengembangkan kecintaan terhadap komik menjadi sebuah usaha yang menghasilkan kekayaan berlimpah ruah. Steve Geppi adalah salah satu—untuk saya bahkan satu-satunya, jutawan Amerika yang membangun kerajaan bisnis dalam bidang distribusi komik.

Steve bukanlah orang yang luar biasa. Ia bukan putra mahkota konglomerat, bukan anak jenius yang selalu lulus cu m laude, bukan ahli waris kerajaan, dan bukan pula anak senator ternama di negeri impian itu. Pekerjaan pertamanya adalah tukang sortir buku-buku komik di belakang sebuah toko minuman keras. Waktu itu usianya masih 9 tahun. Pada usia 10 Steve bekerja mengurusi pengembalian pajak bagi tetangganya. Ayahnya tak memiliki pekerjaan yang jelas. Dan pada usia 13 tahun ia drop out dari sekolah. Selama satu tahun ia bekerja sebagai pengawas anak-anak yang membolos sekolah.

Steve menikah pada usia belia, 19 tahun. Saat itu ia memerlukan pekerjaan tetap untuk memberi nafkah pada keluarganya. Ia mengikuti tes masuk sebagai mailman (tukang pos) dan mendapatkan bayaran kurang lebih Rp 6.000,00 per jam. Ia bekerja dari pukul 06:00 pagi hingga pukul 14:30 siang hari, mengantarkan surat-surat. Terkadang ia bekerja lembur menggantikan petugas yang absen. Dalam lima tahun gajinya naik lima kali lipat, menjadi sekitar Rp 18.000,00 per jam.
Tahun 1972, Steve mendapat ide bisnis secara tak sengaja. Waktu itu ia melihat seorang keponakannya sedang membaca komik Batman. Sudah lama ia tak menyentuh komik. Namun Georgie Kues, sang keponakan itu membangkitkan kembali kecintaannya pada komik. Ia menyadari bahwa pasti ada orang dewasa yang merasakan hal serupa bila melihat komik kesukaan mereka di waktu kecil.

Steve lalu membeli sekeranjang komik-komik bekas dari seorang wanita dalam perjalanannya mengantar surat-surat. Kemudian ia menghabiskan akhir pekannya untuk menyaksikan pameran komik, membeli dan menjualnya kembali kepada penggemar lainnya.

Tahun 1974, usianya sekitar 26 tahun, Steve memutuskan untuk berhenti sebagai tukang pos dan membuka toko komik. Rekan-rekannya menertawakan keinginan Steve dan mengatakan bahwa ia pasti kembali setelah dua bulan. Tapi mereka tidak pernah melihat Steve mengantar surat lagi sejak saat itu.

Toko pertama yang diberinya nama Geppi’s Comic World, digelar di basement sebuah toko reparasi televisi. Dan para pelanggannya kemudian menyarankan agar harga komik lama tidak dijual murah, sebab orang yang mencari komik tua tidak akan mempersoalkan masalah harga komik yang diinginkannya. Tak ada yang menyangka bahwa saran sederhana itu kelak akan membuat Steve menangguk keuntungan besar.

Steve kemudian mengadakan perjalanan panjang mengumpulkan komik bekas dan menyusunnya dalam berbagai kategori. Pada waktu ia menginvestasikan uang sekitar Rp 6.000.000,00 untuk mengumpulkan komik dan ditemani mobil van merk Ford ia melakukan perjalanan menelusuri jalan-jalan di Pensylvania.

Tanpa menyadari sepenuhnya apa yang dilakukannya waktu itu, Steve sebenarnya menjadi salah satu perintis bisnis komik eceran di Maryland. Industri komik masih terhitung baru waktu itu.
Tahun 1982, Steve telah memiliki 4 toko komik, termasuk toko komik di daerah turis, Harborplace, Baltimore. Tak lama setelah itu ia mendirikan jaringan distributor komik, Diamond Comic Distributors. Setiap tahun pertumbuhan Diamond sekitar 40 persen. Pada waktu yang hampir bersamaan, ia merekrut orang-orang profesional untuk mengontrol bisnisnya.

Dewasa ini Diamond memiliki 27 gudang di Amerika, Kanada dan Inggris, dan mempekerjakan 750-900 karyawan. Steve menggunakan kecanggihan teknologi informasi untuk memudahkan pelanggannya melakukan pemesanan ulang secara cepat dan memiliki jaringan distribusi seperti bisnis makanan eceran dengan segala mata rantai bisnisnya.

Di Amerika, Steve melalui Diamond menguasai 45 persen pangsa pasar dalam bisnis komik eceran. Tahun 1987 total penjualannya baru mencapai sekitar Rp 38 miliar, dan melonjak menjadi Rp 280 miliar pada tahun 1992. Tahun berikutnya total penjualan mencatat angka tak kurang dari Rp 450 miliar, dan tahun 1994 melewati angka Rp 500 miliar. (Semua angka dalam tulisan ini dihitung dengan asumsi kurs pada waktu itu, Rp 2.500,00 per dolar).

Steve Geppi adalah contoh bagaimana sebuah impian yang tak terlalu jelas pada awalnya, kemudian menjadi kenyataan. Ia menjadi miliarder tanpa modal besar dan tanpa pendidikan yang berarti. Menurut orang-orang dekatnya, kunci keberhasilan Mr. Geppi adalah visi bisnis yang luar biasa, keberanian mengambil risiko, dan keterampilan untuk menarik minat dan simpati setiap orang yang ditemuinya. Di samping itu bisa disimpulkan juga bahwa Mr. Geppi adalah seorang yang sangat memperhatikan masukan dari pelanggannya, rendah hati, mau belajar, dan tidak pernah merasa terlambat untuk mulai melakukan sesuatu.

Indonesia memiliki puluhan juta anak-anak. Sebuah pasar yang luar biasa potensial. Dan akan-anak itu akan lebih bahagia bila ada “Geppi-Geppi” Indonesia yang memastikan mereka selalu mendapatkan komik yang mereka inginkan. Belum termasuk para orangtua yang juga memiliki komik-komik favorit yang jika dimungkinkan ingin mereka koleksi untuk mengenang masa-masa bahagia waktu kecil. Apakah Anda berminat untuk melayani kebutuhan ini?

*) Andrias Harefa
Penulis 40 Buku Best-Seller. Pembicara dan Trainer Berpengalaman 22 Tahun

Friday, September 12, 2014

Kepribadian Sukses

Oleh: Andrias Harefa

Pribadi yang sukses memiliki persamaan dengan orang yang sehat secara psikologis, tetapi apakah orang sukses itu sehat secara psikologis, dan orang yang secara psikologis sehat itu pasti orang sukses?


Maxwell Maltz (1899-1975) yang dikenal dengan pemaparan tentang Psycho-Cybernetics (1960), mengemukakan tujuh ciri kepribadian sukses yang amat menarik untuk kita renungkan.

Ciri pertama: Sense of direction. Orang sukses mempunyai kemampuan untuk mengarahkan dan memimpin dirinya sendiri. Ia tidak ditentukan oleh situasi lingkungannya. Di antara banyak karyawan yang suka mangkir kerja dan terlambat masuk kantor, karyawan berkepribadian sukses selalu rajin dan datang lebih awal. Di antara manusia yang suka mengeluh, ia tak mengucapkan kalimat-kalimat keluhan walaupun banyak hal yang bisa dikeluhkannya. Ciri pertama ini sangat dekat dengan apa yang disebut oleh Stephen R. Covey dengan istilah proaktivitas. Orang yang proaktif tidak didikte oleh suara-suara mayoritas, sebab mereka mendasarkan sikap dan perilaku mereka atas rasa tanggung jawab terhadap kehidupan pribadi mereka. Orang-orang yang suka mengkambing-hitamkan situasi, lingkungan, dan orang lain di sekitarnya, jelaslah bukan tipe ini.

Ciri kedua: Understanding. Orang sukses berkemampuan untuk memahami diri mereka, memahami orang lain, dan memahami pekerjaan mereka. Dan, mungkin ini jauh lebih penting, mereka mau belajar memahami segala sesuatu. Dalam bahasa Covey, orang-orang seperti ini memiliki kebiasaan “seek first to understand, then to be understood.” Mereka tidak suka berkata: “Anda harus memahami saya”, tidak suka menuntut orang lain menyesuaikan diri dengan mereka, tetapi justru sebaliknya.

Ciri ketiga: Courage. Keberanian bertindak merupakan hal yang melekat dalam diri orang berkepribadian sukses. Apa pun risiko yang menghadang langkahnya, takkan membuat mereka mundur. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa mereka berprinsip: “Adalah lebih baik bertindak, walau kelak terbukti tindakan itu salah daripada takut salah dan karenanya tidak pernah melakukan sesuatu dalam hidup”. Manusia yang hanya membeo dan tak pernah berani menyatakan pilihan sikap yang berbeda dengan orang lain, tidak masuk dalam kategori ini.

Ciri keempat: Charity. Sifat kikir dan egosentris tidak membuat seseorang meraih sukses. Kemurahan hati, murah dalam memberikan pujian, suka menolong, bersedia membagi hak miliknya pada orang lain, adalah sifat-sifat yang menyertai kesuksesan seseorang.

Ciri kelima: Esteem (self-esteem). Suka mengemis, meminta belas kasihan dan mentalitas budak bertentangan dengan tabiat orang sukses segala zaman. Orang Sukses memiliki harga diri yang sehat.

Ciri keenam: Self-Acceptance. Orang sukses menerima kelemahan mereka, sekaligus mengetahui bahwa dalam diri mereka terdapat kekuatan yang unik dan berbeda dengan manusia lain. Mereka enggan menyediakan banyak waktu untuk meratapi kelemahan mereka, tetapi berusaha keras mengembangkan potensi positif yang telah dikaruniakan Sang Ilahi kepadanya.

Ciri ketujuh: Self-Confidence. Inferiority complex alias minder dan superiority complex alias arogan tak melahirkan orang sukses. Kepercayaan diri ini berkaitan erat dengan penerimaan diri sebab percaya diri merupakan akibat dari adanya self-acceptance dan self-respect. Sikap minder dan arogan adalah musuh besar kepribadian sukses. Orang minder susah meraih keberhasilan, sementara yang arogan susah mempertahankannya (kisah para tiran di segala jaman membuktikan hal ini, bukan?).

Adalah menarik bahwa apa yang disebut oleh Maltz sebagai ciri-ciri kepribadian sukses tersebut memiliki persamaan yang mendasar dengan empat ciri orang yang sehat secara psikologis. Duane Schultz dalam bukunya Growth Psychology: Models of Healthy Personality mencoba menguraikan titik-titik persamaan yang dimiliki oleh orang-orang berkepribadian sehat—Schultz mengkaji tujuh teori pribadi sehat berdasarkan konsep Gordon Allport, Carl Rogers, Erich Fromm, Abraham Maslow, Carl Jung, Viktor Frankl, dan Fritz Perls.

Pertama, orang-orang yang sehat secara psikologis mengontrol kehidupan mereka secara sadar. Walaupun tidak selalu secara rasional, orang-orang sehat mampu secara sadar mengatur tingkah laku dan bertanggung jawab terhadap nasib mereka sendiri. Mereka, karenanya, tidak suka menyalahkan lingkungan atau mengkambing-hitamkan orang lain.

Kedua, orang-orang yang sehat secara psikologis mengetahui diri mereka apa dan siapa. Mereka menyadari kekuatan dan kelemahan, kebaikan dan keburukan mereka, dan umumnya mereka sabar dan menerima hal-hal tersebut. Mereka tidak berkeinginan menjadi sesuatu yang bukan mereka. Meski mereka dapat memainkan peran sosial untuk memenuhi tuntutan dari orang lain atau situasi (kecuali dalam pandangan Perls), namun mereka tidak mengacaubalaukan peran ini dengan diri mereka yang sebenarnya.

Ketiga, mereka bersandar kuat pada masa kini. Meski para ahli teori itu percaya bahwa kita tidak kebal terhadap pengaruh masa lampau (khususnya pada masa kanak-kanak), namun tidak ada seorang pun mengatakan bahwa kita tetap dibentuk oleh pengalaman awal (sebelum usia lima tahun). Pada sisi lain mereka memandang masa depan sebagai sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengganti masa kini dengan masa depan.
Dan keempat, orang yang sehat secara psikologis tidak merindukan ketenangan dan kestabilan, tetapi mendambakan tantangan dan kegembiraan dalam kehidupan, tujuan dan pengalaman baru.

Pertanyaan yang mungkin muncul adalah: Benarkah orang yang sukses itu selalu sehat secara psikologis? Apakah orang yang secara psikologis sehat pasti orang sukses? Tulisan ini tidak bermaksud menjawab dua pertanyaan tersebut, tetapi justru ingin mengajak Anda berpikir: bagaimana pendapat Anda?

*) Andrias Harefa
Author: 40 Best-selling Books; S peaker-T rainer-C oach: 22 Years Plus
Alamat www.andriasharefa.com – Twitter @andriasharefa


Sumber: http://www.andriasharefa.com/kepribadian-sukses/2014/09


Mengejar Cita-Cita

Oleh: Andrias Harefa

DI SEKOLAH kehidupan kita sering menemukan begitu banyak orang yang terjebak oleh trauma kegagalan di masa silam. Kegagalan yang pernah dialaminya dianggap sebagai sesuatu yang mutlak dan pasti terulang, sehingga membuat dirinya kapok untuk mencoba lagi. Bahkan bukan cuma itu. Perasaan “takut gagal lagi” itu kemudian secara sistematik ditularkan kepada sejumlah orang, entah itu rekan kerja atau bahkan anak-anak mereka sendiri. Dan ketika rasa “takut gagal” menjadi momok dalam sebuah lingkungan, maka sejumlah cita-cita besar kita dapati layu sebelum berkembang.

Ilustrasi yang menarik mengenai soal tersebut diatas dapat dipetik dari cerita yang beredar di internet, yang entah darimana asal-usulnya. Berikut petikannya:

Konon, ada seorang profesor di Amerika yang meneliti dua ekor monyet. Keduanya, sebut saja Ankey dan Benkey, dimasukkan ke dalam sebuah ruang kosong bersama-sama. Di dalam ruang terdapat sebuah tiang yang di atasnya terdapat sejumlah pisang yang sudah matang.

Setelah cukup menyamankan diri dengan lingkungan dalam ruang tersebut, Ankey dan Benkey kemudian mulai mencoba memanjat tiang untuk mendapatkan pisang yang menggiurkan itu. Mula-mula Ankey yang naik. Ketika berada di tengah, sang profesor menyemprotkan air ke arahnya, sehingga Ankey terpeleset dan jatuh. Penasaran, Ankey mencoba lagi, disemprot lagi, dan jatuh lagi. Begitu berulang kali, sampai Ankey menjadi kapok. Lalu Benkey mencoba. Ia mengalami hal yang sama berulang kali dan akhirnya ikut kapok.

Tak lama berselang, dimasukkanlah monyet ketiga, sebut saja Cenkey. Sang profesor sudah menetapkan untuk tidak lagi menyemprotkan air jika ada monyet yang memanjat tiang. Siapa pun yang memanjat pasti akan mendapatkan pisang yang ada. Anehnya, begitu Cenkey mulai menyentuh tiang untuk memanjat, ia langsung ditarik oleh Ankey dan Benkey. Mereka agaknya berusaha mencegah agar Cenkey tidak mengalami nasib serupa dengan mereka. Karena terus menerus dicegah oleh Ankey dan Benkey, maka akhirnya Cenkey terpengaruh dan tak lagi berusaha memanjat.

Selanjutnya, sang profesor mengeluarkan Ankey dan Benkey, dan memasukkan dua monyet baru Denkey dan Enkey. Seperti mudah ditebak, Denkey dan Enkey mencoba memanjat tiang untuk mendapatkan pisang. Namun Cenkey berusaha mati-matian untuk mencegah dan menahan dua kawannya itu. Ia seperti berusaha memberitahu kalau “ada sesuatu” dengan tiang dan pisang tersebut yang membahayakan siapa saja yang memanjat.

Usaha Cenkey berhasil mempengaruhi Denkey, tetapi Enkey agaknya punya pendiriannya sendiri. Enkey akhirnya memanjat dan menikmati pisang yang diperolehnya karena memang sang profesor tidak menyemprotkan air lagi.

Sang profesor dalam kisah di atas boleh ditafsirkan “mewakili” Tuhan, yang memudahkan seseorang dalam hal tertentu [memberi berkah] dan menyulitkan orang yang sama dalam hal yang lain [mengijinkan musibah]. Ia memainkan peran sebagai “faktor x” yang tak bisa direncanakan dan tak bisa diduga perilakunya. Sementara pisang merupakan wujud dari sasaran-sasaran atau cita-cita yang ingin dicapai oleh orang-orang tertentu, entah itu kekayaan, jabatan kekuasaan, kesehatan, keturunan, kecantikan, usia lanjut, atau apapun yang mungkin diinginkan manusia.

Ankey dan Benkey mewakili sosok orang kebanyakan. Awalnya mereka memiliki sejumlah cita-cita besar. Namun setelah beberapa kali gagal memperjuangkan cita-citanya, mereka akhirnya memutuskan untuk menyerah pada keadaan [nasib?]. Mereka menjadi trauma. Mereka takut gagal lagi. Dan pengalaman gagal kemudian menjadi semacam mantra yang siap ditularkan kepada siapa saja yang bersinggungan dengan mereka.

Cenkey, monyet ketiga, mewakili sosok orang-orang yang mudah percaya pada mitos-mitos negatif para pendahulunya. Jika mereka menginginkan sesuatu, mereka akan sangat bergantung pada pandangan lingkungan sekitarnya. Ketika lingkungan tak mendukung, kurang memberikan informasi yang dibutuhkan, atau bahkan mencoba menghambat langkah maju, maka mereka akan menyerah pada tuntutan lingkungan yang lebih tahu dan lebih “berpengalaman”. Atas nama tradisi, bakat, keturunan, dan nasib, kelompok manusia jenis Cenkey tidak perlu sampai mengalami sendiri proses kegagalan yang dramatis. Mereka mudah diyakinkan bahwa mereka tak berbakat dan pasti gagal, bahkan sebelum mencoba melakukan sesuatu sama sekali.

Denkey memiliki karakteristik yang tak banyak berbeda dengan Cenkey. Tetapi Enkey mewakili jenis manusia yang lain. Jenis manusia yang tak mudah dipengaruhi dan ingin memperjuangkan cita-citanya dengan sungguh-sungguh. Ia tidak percaya pada faktor nasib, keturunan, atau bahkan bakat. Baginya, semua yang dicita-citakan harus diusahakan. Kalau perlu berbeda pandangan dengan orang lain, tak jadi soal. Kalau orang lain pernah gagal, tak berarti ia juga pasti gagal. Kalau orang lain menganggapnya tak bisa, itu bukan berarti ia otomatis menjadi tak bisa. Yang penting segala sesuatu harus dicoba. Dan sesuatu yang dianggap penting harus diperjuangkan sampai dapat, apapun hambatannya.

Kita juga dapat mengatakan bahwa Ankey dan Benkey adalah jenis orang yang terpenjara oleh masa lalu. Mereka bahkan memandang masa depan melalui masa lalu. “Jika kemarin aku gagal, maka besok pun aku pasti gagal,” demikian pola pikir mereka. Bahkan lebih parah lagi, entah secara sadar ataupun tidak, mereka menganggap, “Jika tahun lalu aku gagal, maka kalau si Cenkey mencoba besok, ia juga pasti gagal. Aku harus mencegahnya agar ia tidak gagal seperti diriku”. Dengan demikian, bagi Ankey dan Benkey, mencegah orang dari usaha mereka untuk meraih cita-cita besar adalah sesuatu yang “baik” dan “mulia”. Ankey dan Benkey akan mencoba mengajarkan orang-orang di lingkungan terdekatnya untuk “realistis” dalam menginginkan sesuatu. Mereka pandai dalam memberikan argumentasi tentang mengapa suatu hal itu menjadi “tidak mungkin”. Namun, mereka tidak pandai dalam soal menjelaskan bagaimana mengubah sesuatu yang “tidak mungkin” menjadi “mungkin”. Dengan lain perkataan, orang-orang tipe Ankey dan Benkey mudah menyebarkan virus pesimisme. Mereka adalah kaum pesimis berdasarkan pengalaman.

Cenkey dan Denkey bahkan lebih parah lagi. Mereka cenderung memilih tindakan yang “paling aman” setelah mempertimbangkan semua kritik dan saran yang disampaikan orang lain [lingkungan]. Mereka tidak memiliki cita-cita yang diinginkan dengan sungguh-sungguh, tetapi sekadar mengikuti kemana suara mayoritas membawa mereka. Mereka memiliki rasa minder potensial yang mudah berkembang ketika disiram oleh nasihat orang-orang “berpengalaman” model Ankey dan Benkey. Pola pikirnya kurang lebih, “Kalau orang seperti dia saja tidak bisa, apalagi aku”. Singkatnya, inilah model orang pesimis berdasarkan pelajaran dan pelatihan dari orang lain [bukan pengalaman langsung].

Enkey mewakili keberanian, kegigihan, sikap optimis dan pantang menyerah. Inilah jenis manusia yang mempelopori perubahan, melakukan terobosan, menghadirkan berbagai inovasi, dan membuat dunia nampak warna-warni dan penuh dinamika.

Kita bisa juga memaknai kisah para monyet itu secara lain. Ankey dan Benkey mewakili sisi tertentu dalam diri kita yang mudah menyerah. Sisi itu sering berpesan “Kemarin kamu sudah gagal, buat apa mencoba lagi. Nanti gagal lagi”. Cenkey dan Denkey mewakili sisi lain yang terpengaruh oleh pengalaman gagal dalam bidang tertentu. Sisi ini sering berpesan, “Kalau si Centil saja nggak tertarik sama kamu, apalagi dalam si Tamara” atau “Kalau bergaul saja kamu sudah, bagaimana bisa berbisnis”. Sementara Enkey mewakili sisi paling optimis dalam diri kita, yang berpesan “Selalu ada cara bagi yang gigih berusaha” atau “Sesuatu yang sulit itu tidak berarti mustahil”.

Nah, ketiga sisi tersebut bertarung tiap hari dalam diri kita, dalam sistem berpikir kita, dan hanya salah satu sisi yang “menang” pada suatu saat. Sisi yang paling sering kita menangkan—artinya ini soal pilihan, bukan soal nasib—itulah yang kemudian membentuk kebiasaan kita, apakah kita cenderung menjadi pesimis atau menjadi optimis dalam meraih cita-cita hidup di masa depan.

Jadi, ketika ada orang yang mengatakan bahwa kita tidak mungkin mencapai apa yang kita cita-citakan, jangan percaya. Sebab mereka mungkin adalah kaum pesimis berdasarkan pengalaman [Ankey-Benkey], atau pesimis karena dilatih [Cenkey-Denkey], sementara kita adalah kelompok optimis [Enkey]. Kejar terus cita-cita, jangan pernah menyerah.


Salam Proaktif!
Andrias Harefa

10 Motivasi Hebat dari Orang Terkaya di Zimbabwe, Afrika

Ia merupakan salah satu pengusaha paling terkenal di Afrika.


Strive Misiyiwa adalah orang terkaya di Zimbabwe, dan merupakan salah satu pengusaha paling terkenal di Afrika.

Dilansir Forbes, Senin 7 Juli 2014, majalah ekonomi terkemuka ini memperkirakan jumlah kekayaan Misiyiwa mencapai US$600 juta.

Dia merupakan pendiri Econet Wireless Group, perusahaan telekomunikasi seluler Pan-Afrika yang beroperasi di seluruh Afrika, Inggris, dan Selandia Baru. Misiyiwa juga menjadi anggota dewan penasihat di Rockefeller Foundation dan dewan hubungan luar negeri.

Misiyiwa mengelola akun Facebook miliknya ke publik sebagai metode pembelanjaran bagi pengusaha pemula di Afrika.

Melalui Facebooknya tersebut, dia mengenang pengalaman masa lalu dan membagi pelajaran tentang kesuksesan dalam bisnis dan kehidupan.

Akun Facebook miliknya itu menjadi sangat populer dengan lebih dari 35 ribu likes. Selain itu, raksasa perusahaan telekomunikasi seluler yang dibangunnya, dan kini berusia 53 tahun sangat menginspirasi banyak orang untuk bisa mengikuti jejaknya.

Berikut adalah 10 motivasi hebat yang ditulis Misiyiwa dalam akun Faceboook miliknya.

1. Integritas adalah modal yang lebih baik dibanding uang. Anda dapat menumpuknya seperti uang, dan Anda dapat menggunakannya seperti uang, tetapi itu jauh lebih baik dan abadi.

2. Jika korupsi bisa diberantas, tidak ada anak yang tidur dengan perut lapar, tidak akan ada ketidakadilan, setiap anak akan berada di sekolah. Kekuatan yang paling kuat untuk melawan korupsi adalah salah satu orang yang mampu berkata "tidak".

3. Sikap menentukan kualitas diri Anda. Jika Anda memiliki sikap buruk, Anda akan runtuh dengan sendirinya dan tidak akan mencapai tujuan. Sikap buruk akan membuat Anda tidak akan memiliki kemajuan apa-apa.

4. Anda hanya dapat menemukan peluang jika Anda mencari mereka.

5. Dalam hidup Anda tidak cukup hanya memiliki visi. Tetapi, harus mau bekerja keras dan berdedikasi untuk mewujudkan impian itu menjadi kenyataan.

6.  Berwirausaha tanpa memiliki keterampilan justru akan membatasi potensi pertumbuhan Anda.

7. Petani atau sarjana, memiliki peluang yang sama untuk meraih kesuksesan. Mereka hanya perlu berinovasi, tetapi hanya sedikit saja yang melakukan itu.

8. Masalah adalah kesempatan. Kesempatan bagi manusia untuk bisa menciptakan peluang dengan mencoba untuk menyelesaikannya.

9. Orang Afrika harus percaya bahwa dia pasti mampu membangun perusahaan yang memiliki pengaruh global. 

10. Jika Anda bekerja atau sedang menjalankan bisnis, Anda harus bisa menyisihkan waktu untuk melanjutkan pendidikan formal dan menambah keterampilan.

Sumber: http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/519508-10-motivasi-hebat-dari-orang-terkaya-di-zimbabwe--afrika